Kecamatan Pedamaran terdiri dari beberapa desa, salah satunya adalah Desa Sukaraja. Dalam kesehariannya masyarakat desa ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dan salah satu yang terkenal sebagai petani air nira pohon enau. Pekerjaan ini menurut penuturan warga setempat telah berlangsung lama, diperkirakan dimulai sejak tahun 1950-an.
Penghasilan dari pekerjaan ini cukup lumayan menguntungkan karena dari air nira (aegh kabung) ini akan diproduksi lagi menjadi gula aren yang dalam bahasa masyarakat sukaraja disebut "Tenguli".
Tenguli adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.
Memang proses memproduksi tenguli ini cukup rumit, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan sehari hari pekerjaan ini dirasa tidak sulit lagi.
Proses Pembuatan :
Bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah bumbung bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.
Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Dan selesailah proses pembuatan tenguli.
Inilah salah satu kearifan lokal yang harus dipertahankan oleh masyarakat Sukaraja khususnya dan masyarakat Pedamaran pada umumnya.
Penghasilan dari pekerjaan ini cukup lumayan menguntungkan karena dari air nira (aegh kabung) ini akan diproduksi lagi menjadi gula aren yang dalam bahasa masyarakat sukaraja disebut "Tenguli".
Tenguli adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.
Memang proses memproduksi tenguli ini cukup rumit, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan sehari hari pekerjaan ini dirasa tidak sulit lagi.
Proses Pembuatan :
Bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah bumbung bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.
Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Dan selesailah proses pembuatan tenguli.
Inilah salah satu kearifan lokal yang harus dipertahankan oleh masyarakat Sukaraja khususnya dan masyarakat Pedamaran pada umumnya.
No comments:
Post a Comment