Showing posts with label Kuliner. Show all posts
Showing posts with label Kuliner. Show all posts
Tuesday, February 26, 2019
Pempek ikan pedamaran
Pempek berbahan baku ikan parau atau ikan air tawar dengan ukuran kecil menjadi salah satu makanan khas warga di Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.
Menurut salah satu warga pedamaran, biasanya setiap Ramadhan banyak orang yang menjual pempek tersebut.
Pempek ikan parau terbuat dari ikan kecil yang digiling bersama tulang-tulangnya sehingga memberikan rasa khas. "Makanan itu lebih gurih dibandingkan dengan makanan serupa dari daging ikan giling," katanya
Ia mengatakan, proses pembuatan pempek tersebut diawali dengan ikan parau atau ikan sepat dan seluang dibersihkan.
Selanjutnya, ikan yang berukuran satu jari orang dewasa itu ditumpuk sampai halus.
Setelah ditumbuk halus, ikan diolah dengan tambahan tepung sagu lantas diuleni.
Adonan dibentuk lenjeran besar atau dalam istilah Pedamaran disebut "pempek Batoan" untuk kemudian direbus sampai mengapung.
Dia menambahkan, sebagai pelengkap, juga disiapkan "cuko" kuah berbahan bawang putih, gula batok dan cabai.
Sebelum dimakan, pempek diiris untuk kemudian digoreng dan disantap selagi hangat.
Kecamatan Pedamaran berjarak sekitar dua jam perjalanan dari kota Palembang dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Disini juga terdapat rumah-rumah kayu tinggi rapat di pemukiman padat yang di kelilingi Sungai Babatan tersebut.
Friday, January 18, 2019
Kelempang pedamaran
Mendengar namanya mungkin bagi kebanyakan orang di luar provinsi sumatera selatan sedikit asing. Ya, kelempang, adalah salah satu panganan khas dari daerah pedamaran kabupaten ogan komering ilir. Di daerah lain di luar sumatera selatan makanan ini sering disebut dengan kerupuk, tetapi kenyataannya bentuknya tidak sama dengan kerupuk.
Walaupun dari kampung, kelempang ini sudah terkenal di beberapa kota besar, salah-satunya kota jakarta. Hal ini dikarenakan banyak orang dari daerah pedamaran yang merantau disana hanya untuk berjualan kelempang.
Kelempang dari pedamaran ini sangat unik karena proses pembuatan dan cara memasaknya yang sangat berbeda dengan daerah lain. Kelempang juga memiliki rasa yang sangat gurih dan tidak mengandung kalori. Kelempang pedamaran di buat dengan cara yang sangat sederhana dan unik. proses pemasakan nya dengan menggunakan pasir yang ditetesi minyak sayur yang cukup sedikit. Istilah yang digunakan dalam bahasa pedamaran untuk proses pemasakannya tadi disebut dengan "kicau".
Banyak cara untuk menikmati panganan ini, bagi warga pedamaran biasanya menyantapnya pada saat makan sesuatu yang berkuah seperti, bakso, model, tekwan, bahkan ada yang menyantapnya dengan cuko (sebagai pengganti pempek).
ini lah makanan khas dari pedamaran yang bisa di jadikan buah tangan untuk keluarga, tetangga atau rekan kita yang jauh dari daerah pedamaran khususnya.
- Soal harga tidak akan buat kantong kalian jebol, cukup dengan uang Rp 10.000 sudah bisa mendapatkan 1 kantong kelempang pedamaran, murah kan...?
Wednesday, January 16, 2019
Bingko pedamaran
Pedamaran, sebuah kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Penduduknya merupakan suku Penesak dan Bermarga Danau. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Penesak juga dijuluki “Kota Tikar”, karena mata pencarian sebagian besar warga yang tinggal di sana, yakni menganyam tikar.
Kalau soal makanan memang daerah Pedamaran
terkenal dengan bekasam ikan dan pempek ikan parau. Tapi yang tak kalah menarik adalah bingko atau gunjing yang banyak ditemui di Pedamaran.
Di Palembang, bingko atau gonjeng sering ditemui di perkampungan daerah Seberang Ulu. Namun, daerah Seberang Ilir ada juga yang menjajakan bingko ini. Tepatnya di Jalan Way Hitam lorong Family I Kelurahan Siring Agung Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Adalah Gebol Netti yang masih berjualan bingko hingga saat ini.
“Yo tiap hari kito jual gonjeng (bingko) ini di sinilah. Alhamdulillah sejak sejak dulu banyak yang gemar gonjeng ini,” ungkap Gebol Netty sambil menuangkan adonan bingko.
Dikatakan Gebol, cara membuat bingko relatif ini mudah. Untuk bahan hanya membutuhkan tepung beras, santan kelapa, sedikit garam, dan minyak goreng.
"Bahan dicampur jadi satu, kemudian kito masak di semacam plat tembaga berbentuk setengah lingkaran,” jelasnya
Dalam sehari, ia bisa menghabiskan satu kilogram tepung beras, untuk jualan bingko. Walaupun hasilnya tidak begitu banyak, namun ia mengaku senang bisa jualan bingko ini.
"Paling dak wong tahu bukan bekasam be yang terkenal dari Pedamaran. Tapi ado sikok lagi yang terkenal, itulah bingko," ucap dengan khas logat Pedamaran.
Di masyarakat Pedamaran, dalam pembuatan bingko selain menggunakan bahan utama berupa beras dapat juga menggunakan buah pisang yang sudah masak, yang dalam masyarakat Pedamaran disebut 'bingko pisang'.
Tuesday, January 15, 2019
Pekasam
Nama lain dari Bekasam adalah, Sam-sam dan Se-sam. Bekasam adalah makanan yang berupa lauk makan berasal dari fermentasi ikan. Bekasam bagi saya bukanlah makanan asing, karena sejak kecil saya sudah sering memakannya sebagai lauk makan nasi. Saya juga sering melihat Emak membuat Bekasam saat mendapatkan banyak ikan. Bekasam adalah salah satu cara mengawetkan ikan, yang banyak dilakukan oleh orang-orang di kampung saya. Maklumlah, musim ikan di kampung hanya waktu-waktu tertentu saja (musim ikan=musim kemudik).
Pada jaman dahulu, khususnya di daerah Pedamaran tidak banyak orang menjual hasil tangkapan ikan pada saat musim tangkap ikan, karena pada saat musim tangkap ikan semua masyarakat juga memiliki banyak ikan. Tidak juga dijual ke luar kampung karena sulinya transportasi, sementara ikan akan segera busuk jika tidak bisa langsung habis terjual. Pada saat itu belum ada es sebagai pendingin untuk mengawetkan ikan tersebut. Jika musim ikan tiba, biasanya orang-orang di kampung mengolahnya dengan diawetkan. Misalnya di panggang, dibuat ikan asin, dibuat terasi dan dibuat bekasam. Membuat ikan panggang biasanya, terbatas oleh waktu pengolahannya yang lumayan lama dan membutuhkan "tungku" yang lebih luas, jika ikannya banyak maka akan sedikit kerepotan. Pengawetan ikan asin, biasanya terkendala dengan cuaca yang tidak bersahabat dan kebutuhan garam yang banyak. Jika cuaca tidak panas dan kurangnya garam, maka ikan asin tersebut terancam busuk.
Masa musim ikan adalah kesempatan bagi masyarakat kampung untuk menyimpan berbagai hasil pengawetan ikan, sebagai alat memperkuat kekerabatan dengan sesama saudaranya. Artinya hasil pengawetan tersebut (ikan panggang, terasi, ikan asin dan bekasam) dijadikan oleh-oleh/hadiah kepada sanak saudara yang datang dari jauh. Meraka merasa senang jika dapat mengirimkan atau memberi langsung saudaranya yang jauh (lokasinya yang tidak dekat dengan sungai). Mereka menganggap ikan akan sangat berharga bagi mereka yang tidak pernah merasakan musim kemudik.
Berikut adalah pengalaman sukses saya dalam membuat bekasam. Sudah sangat lama tidak makan bekasam, karena tidak ada alasan makan bekasam jika tidak ada yang mengirim dari kampung. Sebulan yang lalu mendapat kiriman bekasam dari bibi yang ada di kampung. Rasanya enak sekali, sampai merasa kurang. Suatu hari saya pergi ke pasar, dan melihat ada yang menjual ikan kampung yang harganya Rp. 5000/ tumpuk (kira-kira 1/2 kg). Melihat tumpukan ikan tersebut teringat dengan olahan Bekasam. Lalu saya membelinya dan akan saya coba membuat Bekasam. Menurut hasil penelitian bahwa Bekasam diduga mempunyai aktivitas antihipertensi karena terbentuknya peptida bioaktif hasil degradasi protein ikan
selama proses fermentasi bekasam*.
Berikut adalah alat dan bahan membuat Bekasam:
alat:
baskom toples dengan tutup yang kencang
bahan:
Ikan kemudik/air tawar 1/2 kg, garam 2 sendok makan, nasi 1 sendok makan
Cara membuat:
bersihkan perut dan kepala ikan.
Tiriskan airnya dan tuangkan ke dalam baskom. masukkan garam dan nasi, aduk hingga merata. semua bahan masukkan dalam toples dan tutup dengan rapat. 3 hari sekali di aduk.10 hari kemudian, Bekasam siap dimasak.
Cara memasak Bekasam Goreng:
Tumis irisan bawang dan cabe (jumlah sesuai dengan selera) dengan minyak goreng, bagi saya semakin banyak bawang dan cabe maka semakin enak Bekasamnya.tuangkan bekasam dari toples sesuai dengan kebutuhan aduk sampai rata, dan terlihat mengering sebagai tanda bekasam sudah siap dihidang.Bekasam lebih enak dimakan jika masih hangat.
Catatan:
rumus membuat bekasam, tidak terlalu banyak garam karena akan meyebabkan rasa pahit terlalu asin.nasi tidak terlalu banyak, karena akan menyebabkan tingginya rasa asamgunakan nasi yang telah dingin, karena menggunakan nasi yang panas akan menyebabkan Bekasam busuk.Bekasam yang jadi, tidak tercium bau busuk.Selain bekasam ikan, pada masyarakatpedamaran juga membuat bekasam telur ikan. Yang membuatnya berbeda dengan bekasam ikan, bekasam telur ikan tidak dicampur dengan nasi tetapi tetap sama proses fermentasinya.
Demikianlah cerita Bekasam yang tetap saja eksis sampai kapanpun.... hehehe selamat mencoba ya :-)
Monday, January 14, 2019
Gangan Gelayan pedamaran
Setiap daerah memiliki kuliner khas sendiri, nah di Pedamaran yang terletak di kabupaten ogan komering ilir provinsi sumatera selatan dikenal memiliki kuliner khas bernama gangan gelayan. Gangan gelayan adalah sejenis sup ikan bercitarasa istimewa. Paduan rasa asam dan segar dengan kuahnya yang berwarna kuning demikian nikmat di lidah. Daging ikannya yang gurih menjadi sajian yang pas sebagai teman sepiring nasi panas.
Dari penampilan kuahnya yang berwarna kuning, sekilas sup ini mirip gulai. Nyatanya ia tidak menggunakan santan. Warna kuning didapat dari warna alami kunyit, salah satu bahan rempah sup ini. Selain kunyit, bahan rempah atau bumbu yang menciptakan cita rasa spesial masakan ini adalah (diantaranya) bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, lengkuas, sereh, kemiri, dan asam.
Ditambahkan pula potongan buah nanas yang tentunya memberi tambahan sensasi berbeda: segar dan asam. Daun salam adalah bumbu pelengkap pamungkas lainnya sebagai penguat aroma. Yang membuat Gangan gelayan pedamaran berbeda dengan gangan dari belitung adalah dimana pada saat memasaknya gangan gelayan ditambahkan dengan beberapa tambahan sayuran seperti potongan labu, kangkung, ubi kayu, jagung, terung, dan kacang panjang (dan terkadang ditambah beberapa sayuran lainnya).
Cara memasaknya adalah semua bahan utama dan bumbu langsung direbus bersama-sama sebab bumbunya tidak ditumis terlebih dulu. Gangan gangan sebaiknya disajikan langsung atau dalam keadaan segar dan masih hangat. Dianjurkan tidak dihangatkan lagi karena biasanya cita rasanya berubah.
Ada beberapa jenis ikan yang biasa dimasak menjadi gangan gelayan. Beberapa yang umum adalah ikan sepat atau ikan tebakang (tembakang).
Gangan gelayan memang masakan khas yang sangat popular dan melegenda di pedamaran. Untuk mencicipi kuliner ini tidaklah mudah, bahkan sangat sulit ditemukan di warung makan yang berada di pedamaran itu sendiri. Disinilah keunikannya, karena kita baru dapat menikmati sajian ini pada saat ada keluarga atau tetangga yang akan mengadakan hajatan pernikahan di daerah pedamaran. Dan uniknya lagi, kita tidak akan menemukan menu ini pada saat resepsi pernikahan karena menu ini disajikan pada saat satu hari sebelumnya (arian petangan). Dan sajian ini akan terasa nikmat bila di makan dengan sambal.
Wednesday, January 9, 2019
Tenguli Sukorajo
Kecamatan Pedamaran terdiri dari beberapa desa, salah satunya adalah Desa Sukaraja. Dalam kesehariannya masyarakat desa ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dan salah satu yang terkenal sebagai petani air nira pohon enau. Pekerjaan ini menurut penuturan warga setempat telah berlangsung lama, diperkirakan dimulai sejak tahun 1950-an.
Penghasilan dari pekerjaan ini cukup lumayan menguntungkan karena dari air nira (aegh kabung) ini akan diproduksi lagi menjadi gula aren yang dalam bahasa masyarakat sukaraja disebut "Tenguli".
Tenguli adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.
Memang proses memproduksi tenguli ini cukup rumit, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan sehari hari pekerjaan ini dirasa tidak sulit lagi.
Proses Pembuatan :
Bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah bumbung bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.
Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Dan selesailah proses pembuatan tenguli.
Inilah salah satu kearifan lokal yang harus dipertahankan oleh masyarakat Sukaraja khususnya dan masyarakat Pedamaran pada umumnya.
Penghasilan dari pekerjaan ini cukup lumayan menguntungkan karena dari air nira (aegh kabung) ini akan diproduksi lagi menjadi gula aren yang dalam bahasa masyarakat sukaraja disebut "Tenguli".
Tenguli adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.
Memang proses memproduksi tenguli ini cukup rumit, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan sehari hari pekerjaan ini dirasa tidak sulit lagi.
Proses Pembuatan :
Bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah bumbung bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.
Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Dan selesailah proses pembuatan tenguli.
Inilah salah satu kearifan lokal yang harus dipertahankan oleh masyarakat Sukaraja khususnya dan masyarakat Pedamaran pada umumnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)